Risiko Kena Diabetes Tipe 2 Bisa Dikurangi Hingga 58 Persen, Begini Caranya
TABLOIDBINTANG.COM - Jelang Hari Diabetes Sedunia pada 14 November, Merck dan YouGov memublikasikan survei yang membahas perubahan gaya hidup masyarakat dunia selama pandemi Covid-19. Survei yang diinisiasi International Diabetes Federation (IDF) ini untuk meningkatkan akses layanan dan menyerukan pencegahan terhadap penyakit ini berikut komplikasinya. Survei digelar dari 10 hingga 27 September 2021, melibatkan 8.000 orang dewasa di Indonesia, Brasil, Meksiko, Rusia, Cina, Vietnam, Portugal dan Uni Emirat Arab. Pandemi Covid-19 memaksa masyarakat lebih banyak di rumah termasuk responden di Indonesia.
Mereka lalu menerapkan gaya hidup lebih sehat. Sekitar 51 persen responden lebih banyak makan buah dan sayur, 40 persen makin rajin olahraga, dan 68 persen orang Indonesia yakin perubahan gaya hidup dapat mengurangi risiko kena diabetes. Selain itu, 73 persen responden sadar asupan makanan tinggi gula penyebab utama diabetes. Data lain menyebut, 82 persen responden Tanah Air tak tahu bertanya ke siapa atau mengakses informasi ke mana soal risiko diabetes. Sekitar 67 persen responden ingin mengakses informasi terpercaya tentang faktor risiko diabetes di internet dan 31 persen di antaranya berburu info lewat medsos.
“Melalui kemitraan berkelanjutan dengan IDF, kami harap dapat memberi penjelasan lebih komprehensif soal diabetes dan mendorong masyarakat menjalani pola hidup sehat aktif,” kata Presiden Direktur PT Merck Tbk., Evie Yulin, lewat siaran pers yang kami terima pekan ini. Dalam kesempatan itu ia menjelaskan, risiko kena diabetes tipe 2 bisa dikurangi hingga 58 persen dengan perubahan gaya hidup, seperti pola makan seimbang, rutin olahraga, dan menurunkan berat badan. Penelitian menunjukkan setiap penurunan berat badan hingga satu kilogram, risiko kena diabetes pun ikut berkurang hingga 16 persen.
Merck sendiri meningkatkan kesadaran publik soal diabetes dengan banyak cara. Salah satunya, webinar “See it, slow it, stop it! Cegah prediabetes dimulai dari keluarga.” Spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit St. Carolus Jakarta, dr. L. Aswin Pramono, M.Epid., Sp.PD menjelaskan, “Prediabetes adalah kondisi gula darah tinggi, namun belum sampai menyentuh kriteria diagnosis diabetes. Tak banyak yang menyadari kondisi prediabetes, karena gejalanya minim sampai kemudian berkembang menjadi diabetes dan menimbulkan komplikasi.”